Stasiun Radio Pertama di Gunung Puntang

( sumber foto gusper weebly.com )



Kawasan Bandung selatan terutama Pangalengan dan Ciwidey,telah lama di kenal memiliki panorama alam cukup indah.Maka tidak heran,sudah sejak lama kawasan ini kerap di jadikan sarana untuk melancong para pengunjung dari luar daerah. Di pangalengan terdapat sebuah gunung dengan panorama indah,gunung Puntang begitulah nama nya,hingga saat ini gunung puntang menjadi salah satu primadona wisata di Bandung selatan.namun di balik pesona nya,ternyata pada jaman dahulu gunung ini memiliki peranan cukup penting dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Pada jama colonial Belanda,di kaki Gunung ini pernah di dirikan sebuah stasiun radio,dengan nama stasiun Malabar.
            Stasiun ini di dirikan oleh Dr.Ir G.J De Groot/pembangunan nya dimulai bulan agustus tahun 1917,kemudian di resmikan 5 mei 1923,selanjutnya pembangunan nya di sempurnakan pada tahun 1927.stasiun radio ini digunakan oleh Belanda,sebagai sarana komunikasi dengan daerah lain nya. Stasiun radio ini bias dikatakan sangat fenomenal,dikarenakan antena yang digunakan untuk memancarkan sinyal radio memiliki panjang 2Km, membentang diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter. Bisa dibayangkan bagaimana sulit nya  mereka membangun nya, dengan menggunakan teknologi yang ada pada masa tersebut.
( sumber foto mooibandoeng )
            Di dasar lembah pada masa itu, terdapat suatu bangunan cukup besar. Berfungsi sebagai stasiun pemancar guna mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12000 km.kecermatan pihak Belanda terbukti dengan arah antena yang mengarah ke negeri Belanda,selain itu secara keseluruhan tempat pemancar nya sangat tersembunyi,sehingga aman dari serangan musuh.Keunikan lain nya ialah stasiun ini  murni pemancar, sedangkan penerimanya ada di Padalarang (15km) dan Rancaekek (18km). dan di karenakan teknologi saat itu masih boros energi, Belanda membangun PLTA di Dago, PLTU di Dayeuh kolot, dan PLTA di Pangalengan, lengkap dengan jaringan distribusinya untuk memenuhi kebutuhan listrik stasiun pemancar ini.Pemancar ini di ketahui menggunakan teknologi busur listrik (Poulsen) untuk membangkitkan ribuan kilowat gelombang radio dengan panjang gelombang 20 km s/d 7,5 km.
( sumber foto troopen museum )
Gedung radio pemancar ini bentuknya sangat indah.namun saat ini bangunan tersebut hanya menyisakan puing puing nya saja,ini bias di mengerti karena struktur bangunan yang terbuat kayu dan tembok Selain sisa bangunan tadi, terdapat juga sisa struktur dinding kolam yang  dikenal dengan nama Kolam Cinta. Konon ada kepercayaan, jika sejoli berpacaran di lokasi ini akan membawa dampak bagi kelangsungan hubungan mereka. Dan ternyata sisa bila kita mendaki ke lereng gunung sisa-sisa antena juga masih bisa kita temukan tapi bentuk nya sudah tidajk utuh lagi.
Selain bangunan utama berupa stasiun radio pemancar, di area Gunung Puntang ini dahulunya terdapat juga perkampungan untuk para karyawan stasiun pemancar, dengan fasilitas cukup lengkap. Perkampungan ini dikenal dengan nama Kampung radio (Radio Dorf),yang di lengkapi ini juga dengan lapangan tenis, bahkan konon gedung bioskop juga tersedia di masa tersebut. Sayang sekali saat ini,keadaan puing puing ini kurang terawat,padahal kita bisa belajar banyak dari sekeping mata rantai sejarah peninggalan kolonial di bumi pasundan ini.
.

               

Post a Comment

0 Comments