Karinding dan Celempung

Karinding

Kebudayaan Sunda berkembang seiring dengan peradabannya,menurut berbagai literatur sejarah,budaya Sunda telah ada sejak jaman prasejarah,hal ini bisa kita lihat dari berbagai tinggalan budaya di beberapa daerah Jawa Barat,sebut saja situs Gunung Padang Cianjur,situs Gua Pawon Bandung Barat.Memasuki masa sejarah tinggalan budaya ini makin banyak, kita bisa melihat hingga saat ini beberapa tinggalan budaya sejarah Sunda masih terawat.Tinggalan budaya jaman sejarah bisa kita lihat pada situs candi Batu Jaya,Situs Karang Kamulyan ataupun situs Astana Gede Kawali.Bahkan komplek kraton di Cirebon pun tidak ketinggalan,untungnya beberapa situs ini masih terawat cukup baik sehingga bisa kita nikmati hingga sekarang.
            Hasil tinggalan budaya lainnya yang masih bisa kita nikmati ialah kesenian,sebagai mana diketahui kesenian termasuk kedalam salah satu unsur universal dari sebuah budaya.Peradaban Sunda sangat kaya akan berbagai kesenian baik seni gerak seperti tari tarian maupun berupa alat musik.Untuk alat musik sendiri cukup banyak,beberapa diantaranya bahkan termasuk sangat tua.Karinding serta Celempung merupakan dua alat musik tradisi Sunda,keberadaan kedua alat musik ini ditenggarai lebih tua dari gamelan.Beberapa literatur sejarah mengatakan keberadaan alat ini telah ada sejak permulaan awal masa sejarah Sunda.Sebagaimana diketahui awal sejarah Sunda, dimulai ketika ditemukan sumber sumber tulisan pada masa kerajaan Tarumanegara yaitu pada abad 4 masehi.
Abah Olot
            Sebagai informasi karinding Alat musik ini terbuat dari pelepah aren atau bambu berukuran 20 x 1 cm yang dibuat menjadi tiga bagian yaitu bagian tempat memegang karinding (pancepengan), jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet ucing atau ekor kucing serta pembatas jarumnya, dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul). Jika bagian panenggeul ditabuh, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut, maka akan menghasilkan bunyi yang khas. Bunyi tersebut bisa diatur tergantung bentuk rongga mulut, kedalaman resonansi, tutup buka kerongkongan, atau hembusan dan tarikan napas.
            Sedangkan Celempung sendiri merupakan alat musik yang terbuat dari hinis bambu yang memanfaatkan gelombang resonansi yang ada dalam ruas batang bambu.Alat pemukulnya terbuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya diberi kain atau benda tipis agar menghasilkan suara nyaring. 
Cara memainkan alat musik ini ada dua cara, yaitu :
a) cara memukul; kedua alur sembilu dipukul secara bergantian tergantung kepada ritme-ritme serta suara yang diinginkan pemain musik,
b) pengolahan suara; Yaitu tangan kiri dijadikan untuk mengolah suara untuk mengatur besar kecilnya udara yang keluar dari bungbung (badan) celempung. 

Jika menghendaki suara tinggi lubang (baham) dibuka lebih besar, sedang untuk suara rendah lubang ditutup rapat-rapat Suara celempung bisa bermacam-macam tergantung kepada kepintaran si pemain musik.

Celempung
            Keahlian membuat kedua alat musik ini sudah cukup jarang,namun disebuah desa tepatnya desa Sindang Pakuwon Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang,kita masih bisa menemukan sesosok seniman pembuat alat musik tradisi ini.Endang Sugriwa atau lebih dikenal dengan sebutan Abah Olot adalah sosok yang sejak tahun 2003 teguh membuat kedua alat musik ini.Keprihatinan Abah Olot Bermula dari makin sedikitnya orang mengenal serta memainkan kedua alat musik ini,bahkan pada tahun 2003 karinding dikatakan sudah punah.Berdasarkan hal tersebut hingga saat ini Abah Olot tidak berhenti membuat serta mengajarkan Karinding serta Celempung kepada siapa saja yang berminat.Hasilnya bisa kita lihat sekarang berbagai komunitas pemuda memainkan karinding serta celempung.Keterampilan memainkan alat alat ini ditangan kreatif Abah Olot dikolaborasikan dengan alat alat musik lainnya bahkan dengan alat musik modern.Harmonisasi karinding serta celempung untuk saat ini sudah bisa kita nikmati dalam berbagai kesempatan.Tentu saja ini berkat dari kemajuan teknologi sekarang,kita sebagai masyarakat Sunda patut bangga dengan keberhasilan karinding serta celempung dikenal secara luas lagi.Dalam setiap kesempatan kedua alat musik ini sering unjuk gigi berkolaborasi dengan berbagai genre musik. 
            Dalam membuat karinding tidak segampang yang kita lihat,bahan baku karinding bisa dibuat dari pelepah aren ataupun bamboo,namun untuk saat ini karinding dari bahan bambu yang mendominasi.Menurut Abah Olot bambu yang baik bagi karinding ialah bambu yang usianya lebih dari dua tahun.Sebelum dibentuk menjadi karinding bahan baku in harus dihilangkan kadar airnya,pengeringan dilakukan pada suhu kamar.Karinding berukuran 10 hingga 20 cm,alat yang digunakan dalam membuat karinding hanya menggunakan pisau raut dan gergaji kecil.Bambu dipotong dengan pisau raut kemudian dibentuk sedemikian rupa dengan bagian bagian tertentu selanjutnya diatur nadanya dengan menghaluskan batang yang menjadi sumber suara.
            Sedangkan untuk Celempung bahan baku bambunya hampir sama dengan karinding yaitu yang berusia cukup tua.Kemudian bambu ini di bentuk hingga memiliki 3 dawai atau lebih,diantara dawai ini batang bambu dilobangi.Untuk mengatur nada, dawai hingga lobangnya diatur sedemikian rupa.Abah Olot menjual kedua alat musik ini dengan harga terjangkau,menurut beliau dirinya tidak semata mata mencari keuntungan,namun yang lebih penting ialah keberlangsungan tradisi,sehingga kedua alat musik buhun ini tidak punah.

Post a Comment

0 Comments