Budidaya Edelweis

Bunga Edelweis ( sumber foto msn.com ) 

Bunga Edelweis dikenal sebagai bunga keabadian,dalam bahasa sansakerta diartikan sebagai Tana Layu yang artinya tidak layu.Bunga ini cukup populer dikalangan para pendaki,bunga endemik dataran tinggi ini bisa ditemukan diatas ketinggian 2000 meter dari permukaan laut. Mitos tentang keabadian menjadikannya bunga yang spesial dan banyak diburu. Tak jarang para pendaki nekat memetik edelweis meski sudah diberikan peraturan yang jelas tentang pemetikan bunga ini. Masyarakat daerah pun terkadang tak lepas dari kegiatan pemetikan edelweiss dengan tujuan ritual.  Sadar bahwa bunga edelweiss ini rawan terhadap kepunahan, maka Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pun menjadi salah satu pihak yang mulai melakukan budidaya bunga edelweis.
            Langkah ini dilakukan bukan semata-mata untuk komersialisasi, namun juga cara untuk menjaga agar bunga edelweiss tak punah. Aktivitas budidaya bunga edelweiss juga dilakukan di beberapa tempat lain seperti Dieng. Cara ini diharapkan bisa mengurangi aksi usil para pelancong dan pendaki. Mereka tak perlu memetik edelweiss liar di gunung, namun bisa membeli dari tempat budidaya.Khusus untuk masyarakat Tengger,mereka banyak membutuhkan bunga edelweis untuk keperluan adat. Bunga edelweis yang dibudidayakan oleh masyarakat Suku Tengger lereng Gunung Bromo di Dusun Wonomerto, Desa Tosari, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Budidaya ini dilakukan warga Suku Tengger yang tergabung dalam Komunitas Bala Daun. Mereka memanfaatkan benih bunga edelweis sisa upacara adat untuk disemai kemudian dilakukan pembibitan.
            Tahap pertama yang perlu dilakukan, pemilihan bunga yang sudah tua yang ciri-cirinya berwarna kecokelatan. Proses ini penting untuk memperoleh biji yang berkualitas baik dalam membudidayakan edelweis. Bunga tua yang sudah dipetik harus dikering-anginkan di tempat yang datar. Proses ini bertujuan agar biji kering merata dan mencegah pembusukan oleh jamur.Langkah berikutnya, yakni melakukan pemisahan biji dari bunga yang sudah kering. Caranya dengan mengguncang-guncangkannya dalam wadah tertutup seperti toples. Ketika dilakukannya cara itu, biji dan benang sari akan terpisah mengendap di dasar wadah.Lalu mulai lakukan penyimpanan biji yang telah terpisah dari bunga di dalam plastik kedap udara agar kualitas terjaga.Tahap kelima pada budidaya ini dengan penaburan biji di media tanam. Media tanam yang cocok untuk menyemai biji edelweis itu tanah halus agak berpasir. Tanah ini dianggap tepat karena menyesuaikan dengan ukuran biji edelweis yang tidak lebih dari satu milimeter.
            Penyemaian bisa menggunakan polybag yang telah diisi media tanam lalu disiram hingga basah. Biarkan air meresap dan setelah tidak menggenang di media tanam, biji sudah bisa ditabur. Media tanamnya juga harus diletakkan pada tempat yang terlindung dari paparan sinar matahari langsung dan percikan air hujan.Langkah berikutnya, penyapihan semai terhadap biji yang mulai berkecambah setelah berumur tiga hari. Perawatan berupa menjaga kelembaban media perlu terus dilakukan sampai berusia dua bulan atau siap disapih. Penyapihan ini utamanya diterapkan pada semai yang sudah memiliki minimal lima helai daun besar. "Dan proses penyapihan dilakukan dengan stik pipih secara hati-hati agar akar tidak rusak. Terakhir, bibit yang sudah bisa disiram setiap harinya sejak penyapihan. Tak lupa juga untuk menyabuti gulma yang tumbuh liar di polybag. Menurut Birama, bibit ini siap ditanam setelah tiga bulan atau setinggi 30 sentimeter.

Post a Comment

0 Comments