Gunung Padang Ciwidey

 



Berbicara mengenai keberadaan gunung padang di Jawa Barat,setidak nya ada 3 nama gunung yang di namakan padang,pertama di Cikoneng Ciamis,kedua di daerah Cianjur,ini merupakan tempat situs megalithikum terbesar di Asia Tenggara,dan terakhir adalah di daerah Ciwidey,di kenal sebagai tempat wana wisata spiritual. Istilah padang sendiri dalam bahasa Indonesia berarti lapangan luas, sedang dalam bahasa Sunda atau Sansakerta berarti terang benderang dalam perjalanan kali in kita akan mengunjungi salah satu dari ketiga gunung tersebut yakni gunung Padang Ciwidey.secara administratif gunung Padang Ciwidey terletak di pasir Pamipiran desa Rawabogo,wana wisata ini berada di bawah pengelolaan KPH Bandung Selatan.

Secara aksebiltas Kawasan gunung Padang bisa di tempuh dengan kendaraan roda empat,setelah memasuki kawasan desa Rawabogo,kendaraan harus berganti dengan ojeg karena jalan nya masih berupa tanah,apabila musim hujan bisa di pastikan amat berbahaya karena licin,ojeg pun biasa nya menggunakan ban khusus.karena di kenal sebagai salah satu wana wisata spiritual maka di desa Rawabogo terdapat beberapa kuncen yang akan mengantar para peziarah,namun apabila kita hanya akan melancong tanpa melakukan ziarah kita bisa langsung memasuki kawasan gunung ini,tentu saja setelah membayar tiket masuk kepada petugas setempat.

berada di ketinggian 1224 m dpl. Gunung ini merupakan bagian dari rangkaian pegunungan di Bandung selatan yang terbentuk pada zaman Miosen. Gunung ini hasil dari erupsi dalam (inner-eruption) dari gunung berapi pada zaman tersebut.
Batu-batu besar yang terlihat sekarang adalah batuan magma beku yang muncul karena pengikisan akibat perubahan cuaca dalam jangka panjang. Secara alamiah, batuan tersebut membentuk komposisi batuan yang bertingkat.karena kontur nya yang bertingkat inilah,sejak dahulu batu batu ini dihubungkan dengan fungsinya sebagai situs spiritual, kepercayaan setempat kemudian membaginya menjadi 17 tingkat yang menggambarkan siklus hidup manusia.

Tingkatan batu batu ini merupakan fase dalam hidup manusia,pertama di sebut masa anak anak, terdapat batu-batu yang disimbolkan sebagai Cikahirupan, batu yang memiliki bentuk cekung seperti wadah sehingga terdapat air, batu lawang saketeng, batu menyerupai gerbang. Batu gerbang ini kita masuki ketika naik ke Gunung Padang. Batu palawangan ibu, yang menggambarkan organ vital ibu tempat bayi lahir, batu paibuan, batu yang menyimbolkan seorang ibu merawat bayinya, batu panyipuhan, batu yang dapat digerus sehingga keluar semacam bedak, batu poponcoran, yaitu batu yang menyimbolkan proses belajar. Komposisi beberapa batu besar sehingga memiliki lorong di bagian dalamnya. Batu panyipuhan dan batu poponcoran dianggap merupakan batu menyimbolkan tahap pendidikan anak.

Komplek batu kedua disebut masa dewasa, terdiri dari rangkaian batu-batu raksasa yang disebut batu saadeg, batu gedong peteng, batu karaton, dan batu kutarungu. Batu saadeg adalah batu yang berdiri tegak sedang batu karaton terletak pada sisi tebing yang memiliki ceruk, seperti singgasana, batu kaca mempunyai permukaan yang bersifat cermin dan batu kutarungu memiliki bunyi unik apabila dipukul. Komplek batu ketiga  menyimbolkan Masa Kebijaksanaan terdiri dari masjid agung, batu bumi agung, batu korsi gading, batu pakuwon Prabu Siliwangi, batu lawang tujuh, batu padaringan/leuit salawe jajar dan puncak manik. Keseluruhannya terdiri dari 17 batu.


Sebagai tempat wana wisata spiritual setiap bulan kesebelas pada penanggalan bulan Sunda,komunitas Adat dari berbagai daerah di Pasundan kerap menggelar upacara sawelas sasih di nagara padang, Makna dari upacara adalah bagaimana mengungkap rasa terimakasih kita yang telah diberi rasa keindahan, sehingga lahir keindahan dari musik, nyanyian dan tarian, serta rupa karya “seni”. Dimana dengan upacara ini kita diingatkan untuk mengerti semua rasa indah ini adalah dasar dari bagaimana hubungan antar yang diciptakan untuk dimulai dengan memberikan tujuan termulia dari keberadaan ini, yaitu cinta kasih (sawelas sasih = Sawelas Saasih = sawelas asih) untuk menerangi jalan kehidupan yang satu sama lain saling memiliki ketergantungan

Selain di ikuti oleh komunitas adat Sunda,upacara ini biasa nya di ikuti pula oleh berbagai komunitas adat yang ada di nusantara,para peserta yang mengikuti upacara, sangat di harapkan membawa atau menyertakan sesajen, kesenian, atau apapun darma yang terindah sesuai kebiasaannya, dari komunitas, kelompok dan atau etnisnya masing-masing. Setidaknya berpakaian adat leluhurnya, atau pakaian adat resmi yang di pakai dalam upacara sakralnya di daerah masing-masing.adapun prosesi upacara nya berlangsungsejak pagi hari di mulai dari:

Prosesi Upacara sawelas sasih:
- perjalanan mendaki menuju puncak “leuit salawe jajar” (alun-alun)
- penempatan sesajen
- bubuka (ngaramatkeun) penyebutan nama-nama leluhur yang pernah mensucikan tempat “nagara padang”
- rajah kacapi suling
- alunan mantra/kidung/doa setiap daerah (sunda, jawa, bali, wakil sumatera, timor dll), diiringi karinding-celempung.
- tarawangsa (tarian sakral dengan diiringi alat musik petik dan gesek tradisional)
- sawer tirta (mencipratkan air suci)
- pun panglayeutan (bersalam-salaman)

Namun apabila kita adalah pelancong biasa tidak perlu berkecil hati,suasana yang di tawarkan gunung ini cukup eksotik,kita bisa melakukan berbagai aktivitas di sini,pertama kita bisa mendaki melakukan jungle track menuju puncak,jangan lupa apabila berkunjung ke sini bawalah kamera untuk mengabadikan momen,baik itu pemandangan alam maupun aktivitas yang kita lakukan. dari puncak gunung padang kita bisa melihat pemandangan luar biasa,waduk saguling maupun daerah daerah sekitar nya nampak indah di kejauhan.


Untuk fasilitas pendukung wisata sudah tersedia, meskipun bisa di katakan masih minim,penjual makanan serta minuman ada tetapi tidak banyak,sedangkan toilet serta sarana ibadah telah tersedia.mungkin pembenahan yang paling mendesak ialah aksebilitas jalan menuju lokasi, yang sudah seharus nya  di perbaiki agar bisa di lalu oleh kendaraan roda empat,untuk saat ini jalan hanya bisa di lalui oleh kendaraan berpenggerak empat roda,bila menggunakan kendaraan biasa ,pelancong harus memarkir nya di desa Rawabogo.


Kemudian berganti kendaraan menggunakan ojeg.kedepan nya dengan segala potensi terutama pemandangan nya yang masih alami,tempat ini bisa juga di kembangkan sebagai sarana camping maupun aktivitas out door lain nya,para pecinta fotografi pun bisa memanfaatkan nya sebagai lokasi pemotretan karena seperti di singgung tadi,panorama serta pemandangan nya masih bagus.tentu cocok apabila di abadikan dalam lensa kamera.

Post a Comment

0 Comments