Pembacaan Babad Cirebon di Keraton Kanoman Cirebon

Pembacaan Babad Cirebon

 Pada awalnya Kesultanan Kanoman merupakan bagian dari Kesultanan Cirebon. Namun Sultan Banten Ki Ageng Tirtayasa kemudian menobatkan dua orang pangeran dari Putra Panembahan Adining Kusuma dari Kerajaan Mataram untuk memegang kekuasaan di dua kesultanan. Keduanya yaitu Pangeran Badriddin Kartawijaya di Kesultanan Kanoman bergelar Sultan Anom dan Pangeran Syamsuddin Martawijaya di Kesultanan Kesepuhan bergelar Sultan Sepuh.Kesultanan Kanoman diresmikan tahun 1677 Masehi.Di antara keraton-keraton lain yang ada di Cirebon, Keraton Kanoman yang menjadi pusatnya peradaban Kesultanan Cirebon.Keraton Kanoman juga dikenal taat dan konservatif dalam memegang adat istiadat dan pepakem.
           
Salah satu prosesi adat yang hingga saat ini masih terus dilestarikan ialah pembacaan babad Cirebon yang dilakukan setiap tanggal 1 muharam.Pada tahun ini tanggal 1 muharam bertepatan dengan 15 oktober 2015.Sejak Sore Keraton yang terletak di jantung kota Cirebon ini telah ramai,para abdi dalem dengan sigap menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan prosesi pembacaan babad Cirebon.Selepas isya prosesi pembacaan pun dimulai,beberapa sambutan dilakukan oleh para pejabat pemerintahan diikuti oleh tuan rumah dari Keraton Kanoman,tidak berapa lama selepas acara seremonial ini,pembacaan babad Cirebon pun dimulai.
            Prosesi pembacaan babad didahului oleh ritual di dalam bangsal witana,kemudian dilanjutkan dengan prosesi selanjutnya yaitu berjalannya rombongan Pangeran Kumisi atau seorang pejabat berpangkat satu tingkat dibawah Patih didampingi tujuh orang Panca Pitu yaitu abdi dalem keraton yang selalu mengiringi setiap ritual,serta tujuh orang penghulu Masjid Agung Kasepuhan,menuju tempat pembacaan babad di Bangsal made mastaka.Pada awalnya pembacaan Babad Cirebon kerap di gelar di Bangsal Witana yang berada di bagian belakang keraton. Konon, bangsal ini merupakan bangunan pertama yang berdiri di Cirebon. Namun sejak beberapa tahun lalu pembacaan babad Cirebon di gelar di bagian tengah keraton yakni di Bangsal Made Mastaka yang dulu dijadikan sebagai singasana raja.Prosesi pembacaan Babad Cirebon, terasa sakral saat pangeran kumisi memasuki Bangsal Made Mastaka. Dengan didampingi tujuh orang Panca Pitu dan tujuh orang penghulu Masjid Agung Kasepuhan, yang membawa empat lilin besar sebagai penerang prosesi pembacaan.Prosesi ini pun dihadiri seluruh Muspida Kota Cirebon, serta para tamu undangan, dan ratusan masyarakat Cirebon yang sengaja ingin menyaksikan prosesi pembacaan Babad.
Babad Cirebon dikutip dari kitab Purwaka Caruban Nagari yang ditulis Wangsa Kerta pada tahun 1669. Kitab berbahasa Cirebon kuno ini, menceritakan tentang asal-usul Cirebon dan kisah pendiri Keraton Kanoman dan sedikit menyinggung keberadaan Keraton Kasepuhan, Kacirebon dan Keprabonan.Pangeran Walangsungsang dan Ratu Mas Rarasantang yang merupakan putra-putri Prabu Siliwangi, bermaksud ingin mempelajari agama islam. Pengembaraan keduanya hingga masuk ke Pesisir utara pulau Jawa. Mereka menemui sejumlah ulama islam. Kisah perjalanan paman dan ibu Sunan Gunung Jati hingga membuka sebuah padepokan bernama Caruban atau Cirebon, menjadi pokok cerita dalam tradisi pembacaan babad Cirebon ini.
Kesakralan dalam prosesi pembacaan babad Cirebon merupakan sebuah nilai budaya luhur,melalui pembacaan babad ini diharapkan segenap masyarakat Cirebon mengingat makna luhur yang dikandung dalam cerita babad tersebut.Sebagai salah satu agenda budaya,kegiatan ini sangat menarik untuk dijadikan atraksi wisata sejarah,namun tentu saja setiap pelancong harus menghormati tata karma yang berlaku di keraton,sehingga prosesi adat sarat makna ini tidak terganggu.

Post a Comment

0 Comments