Lebih Dekat Dengan Gedung Sate


Sejarah kota Bandung tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan masa pendudukan kolonial Belanda.Iklim sejuk dengan jajaran pegunungan disekelilingnya merupakan daya tarik utama orang orang kolonial Belanda tinggal di Bandung.Keadaan iklim demikian mengingatkan mereka akan kampung halamannya di Belanda.Sejak masa kolonial orang orang Belanda sangat suka menghabiskan waktunya di kota ini.Hingga pada masa itu Bandung mendapat julukan sebagai Paris Van Java,hal ini cukup beralasan karena Bandung dikenal sbagai barometer fashion hingga kuliner saat itu.Tidak salah pula bila hingga kini fashion serta kuliner dikota Bandung masih menjadi daya tarik utama para pelancong yang berkunjung.
           
Gedung Sate
Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan banyak sekali peninggalan sejarah di kota Bandung,terutama bangunan bangunan tua peninggalan Belanda.Salah satu bangunan monumental yang hingga saat ini masih berdiri dengan megah ialah Gedung Sate.Pembangunan gedung sate dimulai pada tahun 1920,lebih tepatnya pada tanggal 27 Juli 1920,peletakan batu pertama dilakukan oleh  Johanna Catherina Coops, puteri sulung Walikota Bandung, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum.Pada masa Hindia Belanda gedung ini disebut Gouvernements Bedrijven (GB). Gedung ini merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Pur. VL. Slors.Pembangunan gedung sate melibatkan 2000 pekerja, 150 orang diantaranya pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton, dibantu tukang batu, kuli aduk dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya mereka menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota Bandung).
            Selama 4 tahun masa pembangunan berhasil diselesaikan bangunan utama,kantor PT Pos serta perpustakaan.Arsitektur gedung sendiri tidak lepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage,dengan ciri utama bernuansa tradisional khas nusantara. bangunan monumental ini mempesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen architectuur stijl). Ir. H.P.Berlage, sewaktu kunjungan ke Gedung Sate April 1923, menyatakan, "Gedung Sate adalah suatu karya arsitektur besar, yang berhasil memadukan langgam timur dan barat secara harmonis". Seperti halnya gaya arsitektur Italia pada masa renaiscance terutama pada bangunan sayap barat. Sedangkan menara bertingkat di tengah bangunan mirip atap meru atau pagoda.
            Gedung Sate berdiri diatas lahan seluas 27.990,859 m², luas bangunan 10.877,734 m² terdiri dari Basement 3.039,264 m², Lantai I 4.062,553 m², teras lantai I 212,976 m², Lantai II 3.023,796 m², teras lantai II 212.976 m², menara 121 m² dan teras menara 205,169 m².Gerber sendiri memadukan beberapa aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Untuk jendela, Gerber mengambil tema Moor Spanyol, sedangkan untuk bangunannya dalah Rennaisance Italia. Khusus untuk menara, Gerber memasukkan aliran Asia, yaitu gaya atap pura Bali atau pagoda di Thailand. Di puncaknya terdapat "tusuk sate" dengan 6 buah ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau melati), yang melambangkan 6 juta gulden - jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate.
Gedung Sate
            Pada awal pendiriannya gedung ini diperuntukan untuk departemen lalu lintas serta pekerjaan umum,namun menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda karena Batavia dianggap tidak sesuai sebagai pusat pemerintahan.Sedangkan penggunaannya sebagai pusat pemerintahan provinsi Jawa Barat dimulai pada tahun 1980,sebelumnya kantor pemerintahan provinsi Jawa Barat berada di jalan Braga.Selain Gubernur serta wagub gedung sate merupakan kantor bagi beberapa staf ahli yang membantu kinerja gubernur serta wagub.Layaknya gedung peninggalan Belanda lainnya arsitektur dalam gedung didominasi oleh ruangan ruangan luas.
            Keindahan gedung sate dari segi arsitektur masih bisa kita nikmati hingga saat ini,terlebih pembangunan beberapa taman disekelilingnya semakin menambah cantik gedung ini.Bangunan monumental yang menjadi landmark Bandung ini sangat menginspirasi pembangunan gedung gedung lainnya di Jawa Barat.Ada pameo dikalangan pelancong bila ke Bandung belum melihat Gedung Sate seakan akan ada yang kurang.Setiap akhir pekan terutama hari jumat gedung ini bebas dikunjungi oleh masyarakat.Biasanya mereka bersantai sambil bersepeda menikmati suasana sejuk di seputaran gedung yang masih di tumbuhi oleh berbagai jenis pepohonan. 


Post a Comment

0 Comments