Gula Kelapa Ujung Genteng


Secara geografis, wilayah provinsi Jawa Barat, kaya akan potensi alam,bentang alam yang membujur dari barat hingga timur wilayahnya, terdiri dari pantai, dataran rendah, dataran tinggi, hingga pegunungan, karakteristik yang demikian, membuat masyarakat Jawa Barat cukup majemuk. Wilayah kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu kabupaten, dengan potensi alam, cukup banyak.Perjalanan kami kali ini, mengunjungi pesisir pantai selatan Sukabumi, secara lebih terperinci kami mengunjungi pantai Ujung Genteng. Jaraknya dari pusat kota Bandung cukup jauh, diperlukan waktu hampir tujuh jam, menggunakan kendaraan roda empat, untuk sampai di sana. Akses jalannya belum terlalu bagus, jalan sempit berkelok kelok, menghadang kami, selepas pusat kota Sukabumi.Pemandangan di kanan kiri jalan cukup indah, jadi lamanya perjalanan tidak terasa,begitu sampai dilokasi pantai Ujung Genteng, kesan yang kami tangkap wilayah ini masih sepi, terdapat pelabuhan tradisional nelayan, dengan beberapa penjual makanan dan minuman berjejer di sepanjang pinggir pantai.Berbagai informasi yang kami kumpulkan, menyebutkan pemandangan pantai di Ujung Genteng sangat bagus dan masih alami, kamipun mencoba untuk membuktikannya.  Topografi pantai di tempat ini berbeda dengan pantai sebelumnya yang pernah kami temui. ombak dari samudera lepas, terhalang oleh bentang alam berupa karang dengan jarak hampir tiga ratus meter  dari bibir pantai, sehingga di sepanjang pesisir terisi oleh air laut, setinggi dada orang dewasa, lokasi ini sangat cocok untuk berenang, karena airnya jernih dan tidak ada ombaknya.
Di daerah ujung genteng, selain menjadi nelayan, banyak juga penduduk yang membuat gula dari air kelapa.setelah berputar putar mencari informasi, kami mendapatkan sebuah keluarga sederhana, pembuat gula kelapa. Biasanya setiap pagi dan sore, sang bapak menyadap sari bunga kelapa untuk di ambil tuaknya. Dari tuak inilah yang merupakan bahan baku pembuat gula kelapa, pagi pagi sekali pohon kelapa sudah di panjat, dengan cekatan sambil membawa peralatan,  beberapa pohon kelapa berhasil di ambil tuaknya. Dari setiap pohon, hasil tuaknya tidak sama, ada yang banyak, tidak jarang juga sangat sedikit. Untuk menampung tuak ini, di atas pohon kelapa, disimpan dalam sebuah jerigen kecil, biasanya tuak yang terkumpul semalaman, hanya memenuhi setengah jerigen. 
Setelah tuak terkumpul cukup banyak, kemudian mulailah proses pembuatan gula, tuak tuak ini selanjutnya, di pindahkan kedalam wajan yang di panaskan dengan kayu bakar sekitar empat jam lamanya tuak ini dididihkan hingga mengental. Selama empat jam tersebut nyala api harus konstan, artinya tidak boleh kendur sedikitpun, karena bila nyala apinya kurang baik, gula yang di hasilkan akan berkualitas jelek.Setelah tiga jam, tuak dalam wajan harus di aduk aduk, agar kekentalannya merata, proses ini sangat melelahkan, karena tuak yang mulai mengental, membutuhkan tenaga lumayan besar untuk mengaduknya, belum lagi panas dari nyala api yang cukup besar. Ketika memasuki empat jam terlihat perubahan warna tuak, tampak kecoklatan, artinya tuak sudah matang dan siap di cetak menjadi gula.Cetakan gula in terbuat dari batok kelapa serta bilah bamboo,untuk harga jual gula ini sangat bervariasi tergantung dari banyak tidaknya ketersediaan tuak.Pemasaran gula ini selain di daerah sekitar,untuk saat ini mulai dipasarkan keluar daerah Sukabumi,bagi masyarakat sekitar keterampilan membuat gula ini mereka dapatkan secara turun temurun.Meskpun keterampilan ini didapat secara otodidak namun hasil gula yang mereka buat memiliki kualitas cukup bagus dan layak dikonsumsi.


Post a Comment

0 Comments