Museum Keraton Kasepuhan Cirebon


           

Keraton Kasepuhan selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan,Keraton Kasepuhan merupakan keraton tertua di kota Cirebon. Keraton yang identik dengan Kereta Barong ini memiliki sebuah museum baru yang modern. Museum tersebut tidak hanya memajang benda pusaka yang sebelumnya terpajang di areal keraton. Namun sejumlah benda pusaka lama dari kamar pusaka yang tidak pernah diperlihatkan sebelumnya kini terpajang rapih di dalam museum baru. Benda-benda yang berada di dalam museum adalah peninggalan dari jaman Padjajaran akhir, Sunan Gunung Jati, Panembahan (panca sunan), hingga era kesultanan mulai dari Sultan Sepuh I hingga Sultan Sepuh XIV. Modernisasi museum tersebut sengaja dilakukan sebagai daya tarik agar masyarakat terutama generasi muda mau main dan mempelajari sejarah serta budaya ke museum.

            Sultan Arief mengatakan penempatan pusaka di museum berdasarkan periode waktu, dimulai dari koleksi terlama. Dengan cara tersebut, pengunjung seakan memasuki sejarah Keraton Cirebon mulai dari Pangeran Cakrabuana pada masa Galuh Pajajaran, masa Sunan Gunung Jati, hingga Sultan Cirebon setelahnya.Pangeran Cakrabuana di abad XIII-XIV bisa dikenali lewat tinggalan pusaka antara lain Keris Sempana, Keris Brojol, Keris Sempaner, Keris Pandita Tapa, Keris Santan, dan Keris Bima Kurda.Senjata khas Sunda yaitu Kujang Wayang pada masa Galuh Pajajaran dengan bentuk yang begitu artistik juga ditampilkan. Badik, senjata yang selama ini identik dengan Sulawesi, juga ternyata sudah ada sejak masa Prabu Siliwangi ini.Pengunjung juga bisa menyaksikan senjata pusaka dari tokoh paling terkenal Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati. Tokoh utama penyebar agama Islam di daratan Jawa ini meninggalkan sejumlah pusaka yang dibuat pada masa 1479-1597 M yaitu Keris Dholog, dan Keris Tilam Upih.Dalam museum ini juga dipamerkan Peti Mesir yang dibawa oleh Sunan Gunung Jati dan Ibundanya dari Mesir ke Cirebon.

            Pada bagian tengah museum terdapat Kereta Singabarong yang merupakan ikon dan daya tarik wisatawan. Di sisi kiri dan kanan kereta terdapat aneka furnitur serta alat musik peninggalan leluhur yang berusia ratusan tahun.Dari sekian banyak koleksi di bagian tengah ini ada satu yang paling mencolok. Sebongkah batu cukup besar yang berada di sisi pojok kiri. Batu tersebut bernama Batu Gilang yang konon peninggalan era Sunan Gunung Jati berfungsi sebagai penunjuk arah kiblat.Sebelum masuk ke bagian belakang Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, kita akan melihat lukisan Sri Baduga Maharaja Siliwangi yang merupakan salah satu Raja Kerajaan Padjajaran. Lukisan tersebut sejak dulu hingga sekarang banyak membuat orang penasaran karena seolah mata sang raja terus mengikuti gerakan orang yang melihatnya.

            Dengan adanya museum ini pihak keraton mengharapkan,target pengunjung Keraton Kasepuhan bisa mencapai 30 ribu pengunjung per bulannya. Museum Kasepuhan yang memiliki lebih dari 600 bilah pusaka dan ratusan benda kuno otentik milik kesultanan ini benar-benar menjadi oase baru wisata sejarah di Cirebon. Tidak hanya kereta Singa Barong di era Panembahan Ratu, akan tetapi juga berbagai sampel pusaka kuno dengan aneka ragam bentuk yang hanya bisa ditemui di kesultanan Cirebon.Museum Keraton Kasepuhan boleh dikatakan adalah museum milik keraton yang terlengkap di Indonesia. Museum terbuka untuk umum dengan dipungut biaya Rp 25.000 hari biasa, serta hari Jumat Rp 50.000. Khusus setiap hari Jumat, ruang khusus Gedung Jinem yang menyimpan pusaka-pusaka otentik era Gunung Jati, dibuka untuk umum. Gedung khusus di dalam museum Rara Denok ini berisi di antaranya empat wedung pemberian penguasa Demak, Adipati Unus saat menikahi putri Cirebon, serta pusaka keris berkinatah emas milik Sultan Cirebon. Kunci gedung Jinem yang dibuka setiap Jumat ini, kuncinya disimpan langsung oleh Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat.Selain dijaga selama 24 jam penuh oleh penjaga keamanan khusus, museum baru Keraton Kasepuhan ini juga diperlengkapi dengan 23 kamera pengawas CCTV. Ditata sedemikian rupa, sehingga pengunjung bisa melihat dari jarak dekat, benda-benda berharga peninggalan masa lalu ini dari sisi dua dimensi dan bahkan tiga dimensi



Post a Comment

0 Comments