Taman Purbakala Cipari Kuningan

Taman Purbakala Cipari Kuningan
Punden Berundak
Selain  kaya akan wisata budaya serta wisata alam,daerah yang terletak di kaki gunung Ciremai ini ternyata memiliki jejak sejarah masa lampau.Tepat di kampung Cipari,desa Cigugur,kecamatan Cigugur,kabupaten Kuningan,terdapat sebuah situs purbakala yang berasal dari jaman Megalithikum,kuat dugaan peninggalan ini merupakan bekas peninggalan masyarakat Sunda besar yang hidup pada jaman batu besar. Situs ini pertama kali ditemukan oleh Wijaya pada tahun 1971 seorang  pemilik kebun. Luas Taman Purbakala Prasejarah Cipari 6.364 meter persegi. Area ini sebelumnya berupa kebun tanah milik Wijaya serta milik beberapa warga lainnya. Pada tahun 1971, Wijaya menemukan batuan andesit pipih lebar yang setelah diteliti ternyata peti kubur.Bersamaan dengan temuan tersebut, pada tahun 1972 diadakan penggalian percobaan dengan tujuan penyelamatan artefak dan ditemukan, kapak batu, gelang batu, dan gerabah yang merupakan benda bekal kubur. Tiga tahun kemudian diadakan penggalian total dan setahun dibangun Situs Museum Taman Purbakala Cipari, pada 23 Februari 1978 museum diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, waktu itu, Prof. DR. Syarif Thayeb.
Hingga kini koleksi temuan untuk kapak batu Kalasedon ada empat puluh sembilan dan gelang ada sepuluh, sedangkan dari bahan perunggu kapak ada sembilan dan gelang ada satu. Sampai saat ini temuan benda-benda masih sering ditemukan warga, terutama yang lokasinya di gunung Pucuk anak gunung Ciremai,”Bertolak dengan analisa lipologie dan stragtegrafie beserta kelompok benda temuan, situs Cipari pernah mengalami dua kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neolitik dan awal pengenalan bahan perunggu yang berkisar tahun 1000 SM sampai dengan 500 SM dimana masyarakat tersebut telah mengenal organisasi yang baik beserta kepercayaan yang erat bertalian dengan pemujaan nenek moyang dengan adat mendirikan bangunan dari batu-batu besar 
Dasar dari kepercayaan pada tradisi Megalitik ini adalah kepercayaan akan adanya hubungan erat antara yang masih hidup dengan yang telah mati, atas kesejahteraan manusia, ternak dan pertanian. juga ada keyakinan bahwa semua kebaikan atau tuah dari seorang kerabat yang telah mati dapat dipusatkan pada monumen-monumen yang diberikan guna menjadi medium penghormatan, menjadi tahta kedatangan, sekaligus menjadi lambang bagi si mati.Jasa amal atau kebaikan dapat diperoleh dengan mengadakan pesta-pesta atau upacara-upacara tertentu yang mencapai titik puncaknya dengan mendirikan monumen-monumen batu atau tugu-tugu kayu bagi yang telah mati. Masyarakat ini percaya kebaikan akan membawa kesejahteraan bukan hanya di dunia saja, namun setelah kematian menjemput.
Apabila kita berkunjung ke situs ini selepas lapangan parkir kita disambut dengan tumpukan batu andesit tersusun rapih selanjut nya,melalui gerbang masuk kita akan mendapatkan menhir, yakni batu tegak kasar sebagai medium penghormatan sekaligus tempat pemujaan.Dibatasi jalan pengunjung, terdapat dua tanah lapang berbentuk lingkaran dan lingkaran lonjong berdiameter enam meter dengan dibatasi susunan batu sirap, di tengah-tengahnya terdapat batu. Tempat yang bernama Batu Temu Gelang ini adalah lokasi upacara dalam hubungan dengan arwah nenek moyang serta berfungsi sebagai tempat musyawarah.
Di seberang Batu Temu Gelang, terdapat tiga kubur batu yang di dalam peti tidak ditemukan kerangka manusia. “Karena tingkat keasaman dan kelembapan tanah yang terletak diketinggian 661 meter dpl terbilang tinggi, sehingga tulang yang dikubur mudah hancur.Peti kubur terbuat dari batu andesit besar berbentuk sirap masih tersusun di tempatnya semula. Mengarah ke timur laut barat daya yang menggambarkan konsep-konsep kekuasaan alam, seperti matahari dan bulan yang menjadi pedoman hidup dari lahir sampai meninggal.
Kubur Batu
Diarah barat kubur batu, setelah melalui punden berundak terdapat menhir dan ada pula dolmen (batu meja) yang tersusun dari sebuah batu lebar yang ditopang beberapa batu lain sehingga berbentuk meja. Diantara batu dolmen, juga batu dakon (lumpang batu), yakni batu berlubang satu atau lebih, berfungsi sebagai tempat membuat ramuan obat-obatan. “Fungsi dolmen sebagai tempat pemujaan kepada arwah nenek moyang sekaligus tempat peletakan sesaji.Peti kubur batu yang ada situs purbakala Cipari ini memiliki kesamaan dengan fungsi peti-peti kubur batu di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Masyarakat Sulawesi Utara menyebut peti kubur batu sebagai waruga, masyarakat Bondowoso menyebutnya pandusa, dan masyarakat Samosir menyebutnya tundrum baho.
Selain beberapa artefak ini,didirikan juga museum untuk menampung artefak artefak lain nya dari kerusakan,artefak ini beragam jenis serta bentuk nya.dan artefak ini merupakan bekas peninggalan peninggalan manusia pada jaman megalithikum.sebagai salah satu tempat wisata unggulan di kuningan tempat ini memilki keunikan tersendiri,biasa nya para pengunjung yang datang mayoritas pelajar namun banyak juga pengunjung dari masyarakat biasa.jadi bila berkunjung ke kuningan sempat kan lah mengunjungi tempat ini,karena banyak sekali pengetahuan yang bisa kita peroleh selain itu dengan mengunjungi tempat ini kita sekaligus belajar dari jejak jejak masa lalu,sehingga bisa lebih baik lagi dalam menjalani hidup di masa sekarang. 


Post a Comment

0 Comments