Monumen Lingga Sumedang



Sumedang merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang banyak menyimpan sejarah.Sejak jaman kerajaan hingga sekarang Sumedang dikenal sebagai daerah yang sangat memegang teguh nilai tradisi Sunda.Bila kita menyempatkan diri jalan jalan ke pusat kota Sumedang,tepatnya di alun alun kita bisa menemukan sebuah bangunan unik yang dinamakan monumen Lingga.Monumen ini merupakan sebuah bangunan tugu peringatan untuk mengenang jasa jasa Pangeran Aria Soeriatmadja atau lebih dikenal dengan Pangeran Mekkah,beliau wafat pada tanggal 1 Juni 1921 dimakamkan di Ma’la Mekah ketika menunaikan ibadah haji sehingga di kenal sebagai Pangeran Mekah. Siapakan beliau sehingga jasa jasanya patut untuk diberikan penghargaan sedemikian rupa.Marilah sejenak kita bernostalgia ke abad 19,saat itu Sumedang merupakan wilayah yang dipimpin oleh seorang bupati.
            Pangeran Aria Soeria Atmadja yang waktu kecilnya bernama Raden Sadeli ini lahir pada tanggal 11 Januari 1851. Sejak kecil beliau memang dikenal sebagai anak yang cerdas, kreatif dan cekatan, tak heran ketika beliau tumbuh dewasa banyak penghargaan yang beliau raih. Tak hanya itu, beliau pun bisa berdialog dalam beberapa bahasa asing yaitu bahasa Belanda, Inggris, dan Perancis karena sejak kecil beliau sudah belajar bahasa asing tersebut di lingkungannya, itu karena beliau tumbuh di lingkungan keluarga bangsawan dan zaman yang kental dengan budaya feodal yang membuatnya harus langsung bersentuhan atau berinteraksi dengan budaya asing.
            Beliau merintis karir di pemerintahan semenjak masih muda, yaitu sejak diangkat sebagai Kaliwon pada usia 18 tahun, tepatnya pada tanggal 1 Agustus 1869 di Sumedang, dan kemudian diangkat menjadi Wedana Ciawi pada tanggal 7 Pebruari 1971. Pada tanggal 29 November 1875 beliau diangkat sebagai Patih Afdeling Sukapura kolot di Mangunreja, baru kemudian ketika beliau menginjak usia 32 tahun beliau diangkat menjadi bupati Sumedang pada tanggal 30 Desember 1882 dan dilantik terhitung sejak tanggal 31 Januari 1883 sebagai Bupati Sumedang.Selama hidupnya, beliau mencurahkan seluruh tenaga, pikiran, bahkan hartanya untuk Sumedang, itu terbukti dari kegigihan dan keuletan beliau dalam bekerja sampai-sampai kabarnya beliau hanya tidur tidak lebih dari 4 jam setiap harinya. Tidak hanya itu, beliau tak segan-segan mengeluarkan banyak uang demi membangun Sumedang, salah satu contohnya adalah dengan membangun sekolah pertanian (yang konon menjadi sekolah pertanian pertama di Indonesia) di daerah Tanjungsari Sumedang yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Sumedang pada khususnya dan Jawa barat pada umumnya.Sepak terjang beliau yang gigih berjuang demi memajukan Sumedang ini mengundang simpati banyak kalangan, bahkan Pangeran Siching dari Belanda menghadiahkan penghargaan berupa pembangunan Monumen di tengah Alun-alun Sumedang untuk mengenang jasa-jasa beliau,Monumen yang kemudian diresmikan oleh Jendral Dir Fock ini diberi nama Monumen Lingga dan menjadi lambang Kabupaten Sumedang saat ini.





Beberapa penghargaan bagi Pangeran Aria Soeriatmadja ketika berkarir di Pemerintahan :

1. Gelar Rangga, ketika menjabat Patih Manonjaya, pada tanggal 29 November 1875.
2. Gelar Tumenggung, pada tanggal 30 Desember 1882.
3. Anugerah Bintang Emas, pada tanggal 21 Agustus 1891
4. Gelar Adipati, pada tanggal 31 Agustus 1898.
5. Anugerah Bintang Officier Van De Orde Van Orange Nassau, pada tanggal 27 Agustus 1903.
6. Gelar Aria, diraih pada tanggal 29 Agustus 1905
7. Anugerah Songsong Kuning, pda tanggal 26 Agustus 1905
8. Gelar Pangeran dengan Payung Emas, diraih pada tanggal 26 Agustus 1910.
9. Anugerah Bintang Agung Ridder Der Orde Van Den Nederlandschen Leeuw, penghargaan tertinggi, diraih pada tanggal 17 September 1918.


            Monumen Lingga merupakan bangunan permanen mempunyai dasar berbentuk bujur sangkar dengan panjang masing-masing sisi sekitar 10 m yang dilengkapi dengan sejumlah anak tangga untuk naik serta berpagar. Bagian atas dari dasar berupa bangunan berbentuk segi empat berteras, diikuti bangunan setengah lingkaran, kemudian diikuti bangunan segi empat, dan pada bagian puncak terdapat bangunan berbentuk bulat. Pada bagian segi empat yang di bawah bulatan ini terdapat inskrispi pada keempat sisinya.   Pada sisi barat terdapat inskripsi berhuruf cacarakan (huruf Jawa), pada sisi utara terdapat inskripsi berhuruf Latin berbahasa Melayu, sisi timur terdapat inskripsi berhuruf cacarakan, dan pada sisi selatan terdapat inskripsi berhuruf latin berbahasa Sunda.




Post a Comment

0 Comments