Bernostalgia di Jembatan Cincin Jatinangor


Kawasan Jatinangor saat ini dikenal sebagai salah satu kawasan pendidikan tinggi di Jawa Barat,beberapa perguruan tinggi negeri serta swasta dibangun dikawasan ini.Namun tahukah anda pada masa kolonial Belanda,Jatinangor merupakan kawasan perkebunan teh dan karet. perusahaan perkebunan teh dan karet swasta milik Belanda yang bernama Cultur Ondernemingen van Maatshapij Baud yang didirikan pada 1844, merupakan perkebunan karet terbesar di Jawa Barat. Luas perkebunan teh dan karet ini sekitar 962 Hektar terbentang mulai dari kampus IPDN (Institute Pendidikan Dalam Negeri), Kampus IKOPIN, Kampus ITB, Kampus UNPAD, sampai lereng Gunung Manglayang Sumedang.

Jembatan Cincin Jatinangor ( foto Koleksi Troopen Museum )
                Dinamika yang terjadi pada awal abad 20 di Hindia Belanda menyebabkan pembangunan infrastruktur transportasi tengah giat di galakan. Maka pemerintah kolonial melalui Perusahaan Kereta Api Belanda, bernama Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf  pada tahun 1918 membangun sebuah jembatan.Penggunaan jembatan ini bertujuan memperlancar distribusi komoditas perkebunan dari kawasan Jatinangor menuju Rancaekek kemudian ke kota Bandung.Lambat laun jalur kereta api ini menjadi ramai dan digunakan untuk mobilitas warga masyarakat.Pembangunan mega proyek jembatan kereta api ini pada awalnya di tentang oleh masyarakat,namun dengan kebijkan tangan besi penjajah maka pembangunan jembatan tersebut terus dilakukan.
            Jalur kereta api tersebut berhenti beroperasi ketika Jepang menguasai Indonesia,tiang jembatan beserta relnya di bongkar sehingga tidak bisa dilintasi kereta api lagi.Sejak saat itu jembatan penghubung jalur Tanjungsari Rancaekek inipun lumpuh.Uniknya mahakarya kolonial Belanda dalam bidang arsitektur ini hingga sekarang masih bisa kita lihat keberadaannya.Mahasiswa mahasiswi Unpad Jatinangor pasti maklum dengan keberadaan jembatan yang saat ini dinamakan dengan jembatan Cincin.Penamaan cincin erat kaitannya dengan konstruksi jembatan yang melingkar menyerupai cincin.Seiring perjalanan waktu fungsi utama jembatan inimasih sebagai sarana penghubung.Apabila di masa lalu merupakan jalur kereta api,saat sekarang jembatan ini menjadi sarana penghubung masyarakat Cikuda untuk menuju kawasan jalan raya Bandung Sumedang.Selain itu menjadi alternative jalan dari kosan mahasiswa dan mahasiswi menuju kampus UNPAD.
            Benda cagar budaya peninggalan kolonial tersebut saat ini terlihat agak memprihatinkan,tembok tembok mulai mengelupas dimakan jaman,selain itu jalanan di atasnya pun sudah tidak mulus lagi.Meskipun begitu peranan jembatan tidak pernah mengalami penyusutan makna dan hingga saat ini masih menjadi sarana penghubung.Keberadaannya yang sarat makna sudah selayaknya mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak.Selain dilestarikan sebagai benda cagar budaya nilia historis jembatan ini bisa dimanfaatkan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah bagi para pelancong. 



Post a Comment

0 Comments